Pontianak – Forum Lingkar Pena (FLP) Kalimantan Barat melakukan kunjungan ke Sekolah Dasar Negeri SDN 29 Pontianak Utara, Senin (10/6/2024).
Kunjungan ini dalam rangka revitalisasi bahasa daerah dan sastra daerah yang merupakan kekayaan budaya suatu suku atau masyarakat tertentu.
“Bahasa dan sastra daerah merupakan aset yang memiliki nilai yang tinggi bagi pemiliknya. Kehilangan salah satunya, apalagi keduanya merupakan kerugian yang tidak bisa dibayar dengan materi,” ujar Ketua FLP Kalbar, Dodi sebagaimana rilis yang diterima redaksi
Kehilangan bahasa sastra lisan/daerah menurutnya merupakan kehilangan jati diri pemilik, penutur bahasa dan sastra daerah tersebut. “Jadi eksistensi suatu masyarakat tergambar dari bahasa dan sastra daerahnya. Pelindungan bahasa daerah—termasuk sastra di dalamnya—merupakan tanggung jawab kita bersama,” tambah dia.
Selain masyarakat pemilik bahasa dan sastra itu sendiri pemerintah pun tentu ikut hadir dalam usaha pelindungan ini. “Keterlibatan masyarakat sangat penting, tetapi kehadiran pemerintah dalam menjaga bahasa dan sastra daerah. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 (UU RI No. 24/2009) dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 (PP No. 57/2014). Teks UU No 24/2009 dan PP 57/2014 sangat signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegas Dodi.
Kegiatan ini dinilai sangat positif untuk perkembangan literasi bahasa daerah. “Jadi kunjungan ini memberikan nilai yang positif, khususnya dalam perkembangan literasi bahasa, mengingat saat ini pengaruh bahasa asing, sangat kuat. Artinya boleh mempelajari bahasa asing namun tidak melupakan bahasa daerah kita sendiri,” tambah dia.
Anak-anak pun sangat antusias ketika salah seorang anggota FLP Kalimantan Barat menyampaikan materi tentang Cerpen, Pantun, Tundang, Pidato, Melucu, dan Dongeng. Mereka tidak hanya mendengar teori dari pemateri, namun mereka juga langsung mempraktekkan apa yang telah mereka buat.
Sedangkan Kepala SD Negeri 29 Pontianak, Beni, menyatakan dukungan penuh untuk kegiatan literasi bagi siswa-siswi di sekolahnya.
Praktek yang dilakukan siswa adalah praktek membuat cerpen dengan bahasa daerah, ada yang menggunakan bahasa beberapa bahasa daerah. Kegiatan ini menjadikan siswa SD tertarik untuk menulis cerita yang dialami kesehariannya menjadi cerpen, puisi.