KOTA DEPOK — Pasangan calon (paslon) Mohammad Idris-Imam Budi Hartono (Idris-Imam) dalam debat publik Pilkada Depok, Minggu (22/11/2020), yang disiarkan langsung iNews TV, di Jakarta, itu dinilai
banyak bohongnya. Sebab, dalam
penjelasan dan fakta tidak sejalan, diantaranya soal klaim rencana pembangunan flyover Dewi Sartika, Situ Rawa Kalong dan pembangunan madrasah negeri.
Jadi benar, Imam itu berbohong. Jangan mengklaim program Provinsi Jabar berkat usaha dia. Terkait pembangunan flyover Dewi Sartika dan Situ Rawa Kalong, itu bukan usulan Imam. Itu program Gubernur Jabar Ridwan Kamil, tegas Anggota DPRD Jawa Barat (Jabar), Waras Wasisto, Senin (23/11/2020).
Dia menjelaskan, bahwa paslon Idris-Imam juga banyak bohong karena ketidakmampuan membangun madrasah negeri dan sekarang berjanji akan dibangun di setiap kecamatan. Jadi, kemana aja, kemarin-kemarinnya. PKS sudah berkuasa 15 tahun tapi nggak mampu bangun madrasah negeri. Ini ketidakmampuan kepemimpinan berkomunikasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi serta pemerintah daerah sekitar, jelas Waras.
Waras menambahkan, bahwa Kota Depok dipimpin PKS merasa jumawa, merasa besar sendiri tidak pernah minta bantuan ke pemerintah pusat, provinsi termasuk juga tetangga sebelah DKI Jakarta, Bekasi, Bogor dan Tangerang Selatan. Jadi, pada intinya dalam kepemimpinan itu terlalu sombong, ketusnya.
Menurutnya, bahwa terkait dengan debat publik perdana yang digelar KPU Kota Depok, paslon urut 1 Pradi-Afifah unggul telak dibandingkam pasangan nomor urut 2 Idris-Imam.
Pertama dalam beberapa aspek yang ditanyakan, soal infrastruktur jelas sekali bahwa 15 tahun ini, Kota Depok tidak melakukan upaya apapun termasuk tidak mempunyai blueprint yang jelas dan tadi jelas dalam debat disampaikan Pradi berarti bahwa usulan-usulan kebaikan yang disampaikan untuk pembangunan jalan baru terusan Jalan Juanda dicoret oleh Idris. Artinya ini menandakan bahwa selama 5 tahun terakhir Pradi sebagai wakil wali kota tidak dilibatkan Idris sebagai wali kota, tutur Waras.
Waras menegaskan, bahwa Afifah yang seorang sarjana teknik sipil sangat mengerti bagaimana harus membangun Kota Depok. Dia sampaikan tadi bahwa dia sadar betul hari ini APBD Kota Depok ini sangat kecil hanya 3,5 triliun sehingga harus digunakan secara efektif dan efisien mungkin dan tepat sasaran. Bagaimana caranya APBD Kota Depok yang kecil ini dalam hal infrastruktur dipakai untuk pembebasan lahan untuk pembangunan dari mana tentu itulah fungsi koordinasi fungsi lobi fungsi inovasi meminta bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, tandas politisi PDIP itu.
Sebelumnya, yang dikutip depoktren.com. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok, Hardiono menilai bahwa rencana membangun transportasi publik berbasis rel yang diungkapkan Wali Kota Depok, Mohammad Idris, itu merupakan sesuatu hal yang ceroboh dan bohong.
Jadi, jangan buat kampanye dulu. Lagi pula itu proyek Nasional, bohong banget itu. Saya sudah tanyakan ke wali kota tapi tidak direspon, ujar Hardiono saat dikonfirmasi wartawan melalui whatsapp (WA), Minggu (26/1/2020).
Hardiono menegaskan,bahwa rencana di tata ruang Pemkot Depok tidak ada rencana pembangunan transportasi publik berbasis rel.
Jadi, Wali Kota Depok ceroboh mewacanakan transportasi berbasis rel. Dalam tata ruang Kota Depok, belum final, coba lihat rencana transportasi berbasis rel, tidak ada. Ini sangat ceroboh, karena pembangunan transportasi berbasis rel ini tentunya perlu ada TOD dari terminal terpadu,” tandasnya.
Sementara itu, Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengungkapkan, Pemkot Depok siap membangun transportasi publik berbasis rel saat udiensi dengan Sekjen Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di Gedung Karsa, Kantor Kemenhub Jakarta, Jumat (24/2/2020).
Dalam studi kelayakan transportasi rel yang disusun oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok, akan dibangun empat jalur koridor yang nantinya terhubung dengan moda transportasi lainnya.
Keempat koridor tersebut yakni koridor 1, sepanjang 10,8 KM yang dimulai dari Transit Oriented Development (TOD) Pondok Cina sampai Stasiun LRT Cibubur. Koridor 2, sepanjang 16,7 KM dari TOD Depok Baru sampai Cinere dan diharapkan dapat terkoneksi dengan stasiun MRT Lebak Bulus.
Koridor 3, sepanjang 10,7 KM mulai dari TOD Depok Baru sampai Bojongsari dan koridor 4, sepanjang 13,8 KM mulai dari TOD Depok Baru sampai TOD Gunung Putri.
Saya berharap proyek pembangunan transportasi publik berbasis rel ini bisa ditetapkan menjadi Proyek Strategi Nasional (PSN) serta direalisasikan serta bisa mendapatkan pendampingan dari Kemenhub, pungkasnya.
SAID